Senin, Desember 08, 2008

KOTA GEMBEL

Oleh: Rasid Rachman

Kolkata, menurut saya, pantas dijuluki kota gembel. Di mana-mana dan kapan pun, ada gembel. Di pingggir jalan, di trotoar, stasiun, depan rumah, dan kaki lima, yang terlihat gembel semua. Siang, malam, dan tengah malam, gembel pria, perempuan, anak, dan bayi selalu kita jumpai. Setahu saya tidak ada kota di Indonesia yang mirip dengan Kolkata.
Gembel di Kolkata adalah mereka yang tidak memiliki rumah sama sekali; bukan yang tinggal di daerah kumuh. Gembel adalah strata terendah dari orang miskin di Kolkata.
Profesi dan pekerjaan para gembel bermacam-macam. Sebagian gembel bekerja menjadi penarik angkong. Sebagian gembel lain menjadi pengemis atau pengamen. Gembel pengangguran juga tidak sedikit. Ada sedikit gembel yang terganggu ingatan. Ada juga gembel kriminal, semacam pencopet, penodong, atau penjambret. Penjambret yang paling menyolok adalah anak yang menjambret air mineral dari tangan. Yang paling baik adalah gembel yang menanti kesempatan baik, misalnya mengambil dompet jatuh atau barang tertinggal.
Gembel tidak perlu ditakuti. Mereka hanya gembel, orang miskin, tetapi bukan orang jahat. Ada yang nakal, misalnya anak-anak yang coba-coba mengambil jam tangan. Mereka cukup dipelototi dengan acungan jrai telunjuk. Namun tidak sedikit gembel yang ramah, suka menyapa.
Mungkin ada juga gembel dan kriminal sekaligus. Saya sendiri tidak berurusan dengan gembel kriminal. Untung! Namun, saling menyapa dengan beberapa gembel ramah di trotoar di depan penginapan saya, hampir setiap hari saya lakukan. Mulanya, gembel itu dahulu yang menyapa. Ucapannya, tidak jelas bagi saya. Tetapi dari senyum dan tawanya, saya tahu mereka bermaksud baik dan ramah. Kalau timbul rasa iba, kami memberikan pisang atau makanan lain ke satu orang gembel. Memberikan makanan jauh lebih baik ketimbang memberikan uang, sekalipun biasanya gembel yang kita beri makanan itu menjual makanan tersebut kepada sesama gembel yang membutuhkan. 