Minggu, Desember 06, 2009

MASA KINI BAGI MASA DEPAN

Oleh: Rasid Rachman

Kata iklan: “Keajaiban tidak terjadi seketika.”
Kata saya: “Amin!”
Seorang teman bermain waktu kecil fasih berbicara dalam 3 bahasa asing: Inggris, Mandarin, dan Perancis. Itu diperolehnya ketika dia baru 17 tahun. Wao ...! Saya bertanya (waktu itu): “Untung ya kamu dapat mujizat seperti itu.” Dia segera menjawab: “Bukan mujizat, tetapi belajar setengah mati dan setengah terpaksa.” Orangtuanya agak memaksa anak-anaknya untuk menguasai bahasa-bahasa tersebut. Waktu itu, dia masih anak-anak, belum tahu faedahnya. Kemudian baru dia sadar bahwa dia menjadi lebih beruntung dibanding teman-teman sebayanya.
Seorang guru musik saya bersaksi bahwa dia dapat bermain piano ketika menjadi pengungsi. Pada Perang Dunia II di Eropa, keluarganya mengungsi ke rumah bibinya. Di rumah itu, mereka aman dari perang, namun tidak dapat bebas keluar rumah. Dalam mengisi hari-harinya, ibunya mengajarkan bermain piano. Blessing in disguise, ia menjadi guru musik gereja hingga saat ini.
Intinya, keajaiban tidak (ada yang) terjadi seketika.
Lantas, bagaimana dengan kesialan? Apesnya, kesialan juga (seringkali) tidak terjadi seketika. Setidaknya demikian refleksi penulis kitab Ratapan dalam Perjanjian Lama. Penderitaan umat Israel di zaman penulis Ratapan adalah karena ulah nenek moyang mereka yang melawan Allah. Nenek moyang yang berbuat ulah, anak-cucu yang menanggung dosa. Ulah nenek moyang melawan Allah begitu luar biasa, penderitaan yang ditanggung anak-cucu Israel pun begitu dahsyat. Banyak anak menderita karena ulah orangtua. Anak menjadi malu, atau sakit hati, atau luka batin, atau bahkan cacat disebabkan oleh ulah orangtua.
Banyak generasi kini yang menanggung dosa generasi sebelumnya. Hutang2 luar negeri yang tak terbayarkan karena beban hutang itu berlaku hingga 50 atau 100 tahun. Penyakit kurang gizi yang ditanggung oleh si anak selama hidup dan kemudian menjadi beban masyarakat setelah 15 tahun, ketika si anak beranjak dewasa. Mental korupsi, ketidakjujuran, pengecut, cuci tangan, melarikan diri dari tanggungjawab, yang "diturunalihkan" akan menciptakan generasi cacat moral kemudian hari.
Pesannya adalah: hati-hatilah mengisi hidup yang sekarang ini. Segala yang kita lakukan kini, dapat menjadi berkat atau laknat bagi masa depan kita atau bahkan bagi anak-cucu kelak. ©