Kamis, April 30, 2009

MASA KINI TERHADAP MASA DEPAN

oleh: Rasid Rachman

Kata iklan: “Keajaiban tidak terjadi seketika.”
Kata saya: “Amin!”
Seorang teman bermain sewaktu kecil fasih berbicara dalam 3 bahasa: Inggris, Mandarin, dan Perancis. Itu diperolehnya ketika dia baru berusia 17 tahun. Wao ...! Saya bertanya (waktu itu): “Untung ya kamu dapat mujizat seperti itu.” Dia segera menjawab: “Bukan mujizat, tetapi belajar setengah mati dan setengah terpaksa.” Orangtuanya agak memaksa anak-anaknya untuk menguasai bahasa-bahasa tersebut. Waktu itu, dia masih anak-anak, belum tahu faedahnya. Kemudian baru dia sadar bahwa dia menjadi lebih beruntung dibanding teman-teman sebayanya. Intinya, keajaiban tidak (ada yang) terjadi seketika.
Bagaimana dengan kesialan? Apesnya, kesialan juga (seringkali) tidak terjadi seketika. Setidaknya demikian refleksi penulis kitab Ratapan. Penderitaan umat Israel di zaman penulis Ratapan adalah karena ulah nenek moyang mereka yang melawan Allah. Perlawanan mereka kepada Allah, mereka lakukan berulang kali selama 200 - 300 tahun. Akibat ulah mereka pun ditanggung oleh keturunan mereka yang kesekian. Nenek moyang yang berbuat ulah, anak-cucu yang menanggung dosa.
Pesannya adalah: hati-hatilah mengisi hidup yang sekarang ini. Segala yang kita lakukan kini, dapat menjadi berkat atau laknat bagi masa depan kita atau bahkan bagi anak-cucu kelak.