Minggu, Maret 28, 2010

DALIL-DALIL BAGI PENDETA

PERCIKAN HIKMAT PDT. EM. BEN MALEAKHI

DALIL 2

Seorang Pendeta akan menapak mantap kalau ia memiliki dua aspek
panggilan yang menyatu padu dalam dirinya, yaitu:
1. panggilan dari dalam, internal calling, subyektif,
ia terima dari Tuhan.
2. panggilan dari luar, external calling, obyektif,
ia terima dari Jemaat atau sebagai ketentuan Sinodal, dsb.

Sampai di mana pentingnya dua aspek dari satu panggilan ini
dimiliki oleh Pendeta?
Begini.
Kalau ia hanya menerima panggilan dari luar,
ia akan melaksanakan tugasnya karena disuruh orang lain.
Kalau tidak ada orang yang menyuruhnya ia kurang tertarik
dan mudah meninggalkan tugasnya.
Demikian pula, ia akan bekerja kalau ada yang mengawasi.
Kalau tidak ada yang menegur, ia tidak bekerja optimal.
Artinya, ia tidak memiliki dorongan dari dalam.
Orang begini payah juga ya?!

Sebaliknya, kalau seorang Pendeta hanya mempunyai panggilan dari
dalam,
ia bekerja di luar struktur. Semacam gerilya.
Tidak ada tatanan yang teratur sebagai pijakan untuk
mengembangkan karirnya.
Tidak ada yang resmi.
Oleh karenanya, juga tidak ada dukungan
yang melibatkan banyak orang dalam organisasi.
Ia seperti seorang nabi yang berseru-seru di padang belantara.

Yakinlah, kedua aspek panggilan itu perlu dimiliki.
Bahkan, bukan saja dimiliki, tetapi juga dihayati.
Selain itu, disyukuri juga kalau keduanya ada pada Pendeta.
Kalau keduanya belum memotivasi seorang Pendeta, apa yang harus
dilakukan?

Pendeta yang bersangkutan perlu berdoa, berdoa dan berdoa.
Selain itu, ia perlu menekuni firman-Nya.
Lalu, bagaimana dengan Majelis Jemaat?
Majelis Jemaat jangan cepat-cepat memutuskan hubungan kerja
dengan Pendeta yang sedang menghadapi masalah sekitar
panggilannya itu.
Ajak bergumul dan menghayati apa arti sebuah panggilan yang utuh.
Kalau perlu tegur dengan keras, namun sarat kasih-sayang.
Sadarkan, tempelak, namun tegas tujuan positifnya,
sehingga ia (Pendeta) mengerti apa maksudnya.

Semua orang dapat berubah.
Pertobatan bagaikan lapangan luas yang terbentang di hadapannya.
Bukan tembok yang membuat jalan menjadi buntu.
Masalahnya, maukah kita mendengarkan panggilan Tuhan
dan melangkah masuk mendapatkan Tuhan yang sedang memanggilnya.

Jangan kita membayangkan panggilan itu sebagai
sebuah pernyataan saja (statement) yang selesai pada dirinya.
Sebaiknya dihayati sebagai sebuah proses.
Sebuah proses mengalami maju-mundur.
Oleh karenanya, perlu direnungkan dan
diperjuangkan secara terus menerus (on going process).
D isinilah pentingnya seorang Pendeta memelihara saat teduh setiap hari
"Ia yang memanggil kamu adalah setia
Ia juga akan menggenapinya" (1Tes 5:24)
Ia akan menggenapi rencana-Nya bagi hamba-Nya.
Pada pihak lain, kita perlu membuka diri untuk menerima
kehendakNya.
Apakah komentar Anda?

Jumat, Maret 12, 2010

DALIL-DALIL BAGI PENDETA

PERCIKAN HIKMAT PDT. EM. BEN MALEAKHI

DALIL 1
Integritas yang mantap adalah hakikat pribadi seorang Pendeta?
Utuh itu kuat? Sempal pasti disangkal, baik pelayanan maupun
pribadinya

Apakah yang dimaksudkan dengan integritas?
Yang dimaksudkan dengan integritas dalam tulisan ini adalah
keutuhan.
Seorang Pendeta perlu menjaga diri agar memiliki pribadi yang
utuh.
Bahasa sehari-harinya adalah: Jangan plin-plan.
Bukan cuma khotbahnya yang baik, tetapi juga kehidupannya sehari-hari.
Bukan hanya di gereja ia nampak lemah-lembut, tetapi di rumah kurang kasih-sayang.
Bukan begitu.

Ada contoh dari Rasul Paulus.
Ia mengatakan kepada Timotius, calon penerusnya, demikian:
”Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku,
pendirianku, kasihku dan ketekunanku." (2Tim 3:10)
Jadi, Rasul Paulus sangat memperhatikan keseluruhan penampilannya
(performance).
Bukan saja kata-katanya, tetapi juga perbuatannya.
Bukan saja khotbahnya mengatakan: sabar. Tetapi, kenyataan
hidupnya pun diwarnai dengan kesabaran dalam menderita karena Kristus.

Nah, sampai di mana integritas itu perlu dimiliki oleh seorang
Pendeta?
Besar sekali manfaatnya. Mengapa? Karena, Pendeta hidup di
tengah Jemaat.
Pendeta diteropong dari segala segi.
Mau tidak mau memang sampai sekarang begitu keadaannya.
Bukan saja hidup di tengah Jemaat, tetapi hadir sebagai teladan.
Sebutannya saja Pendeta, Father, Bapak, Gembala,
maka sangat diharapkan penampilannya yang utuh, walau tetap
sederhana.
Justru dalam kesederhanannya itulah seorang Bapak hadir
dan dapat diterima oleh semua pihak.
Ya, menjadi seorang yang memiliki integritas tinggi
adalah doa dan perjuangan sehari-hari bagi seorang Pendeta.
Apakah komentar Anda?

Selasa, Maret 02, 2010

DALIL-DALIL BAGI PENDETA

PERCIKAN HIKMAT PDT. EM. BEN MALEAKHI


Pengantar
Apakah yang dimaksudkan dengan dalil?
Dalil di sini berarti rumusan yang dijadikan pegangan.
Rumusan itu dijadikan pegangan karena berguna kalau dilaksanakan.
Pada satu pihak, dalil itu berguna supaya kita tidak menyimpang.
Pada pihak lain, dalil itu memberi arah dan
memacu kita menempuh jalan yangbenar.
Jalan yang benar itu mengantar kita mencapai tujuan.
Dalil-dalil dikemukakan dengan berbagai pertimbangan, antara lain
sebagai berikut:
Bukan sebagai pameran keberhasilan.
Tetapi, lebih mengarah pada pemaparan pergumulan
mencapai tujuan sebagai seorang Pendeta.
Sejak awal (start) saya mengumpulkan panduan,
bagaikan rambu-rambu lalu-lintas agar tiba di tujuan jauh di
depan
dalam keadaan “dapat diterima”.
Tidak menekankan idialisme, tetapi cukup kalau dapat diterima saja.
Ya, diterima oleh Tuhan maupun oleh semua pihak yang saya layani.
Aneka dalil itu menyangkut tiga hal pokok dalam diri seorang
Pendeta, yaitu:
Commitment - Character - Competence (3C)