Rabu, Oktober 29, 2008

Berhening di Makam Bunda


Oleh: Rasid Rachman

Bunda Teresa dimakamkan di Mother House. Makam itu terletak di bagian depan (namun pintu masuk adalah dari arah belakang, maka makam ini tidak pas di pintu masuk tersebut), menyatu dengan tempat para suster melakukan aktivitas harian. Di atas makam, di lantai 2 terletak kapel. Di kapel itu dilayankan ibada-ibadah harian untuk komunitas dan umum, pagi pukul 06.00 dan senja pukul 18.00.
Area makam sekitar 10 m x 6 m. Pintu masuk terletak disebelah kepala pusara, dari arah dalam Mother House. Pusara jasad Bunda Teresa setinggi 120 – 140 cm, panjang sekitar 200 cm dan lebar sekitar 180 cm. Pusara itu berwarna putih krem berbatu pualam. Suasana sejuk dan tenang terasa di dalam makam itu, kontras dengan semrawut dan bisingnya Kolkata.
Tidak ada yang istimewa dari penempatan makam tersebut. Mau ke makam itu, tidak dikenakan prosedur apa pun, kecuali pembatasan waktu berkunjung. Siapa saja boleh masuk-keluar, berkunjung, berziarah mempersembahkan bunga, atau sekadar melihat-lihat foto dan tulisan tentang Bunda Teresa. Kadang-kadang, lokasi makam itu juga digunakan untuk saling berbicara. Asal semua orang saling menghormati, dan menjaga kekhidmatan tempat tersebut.
Saya seringkali ke makam itu jika libur bekerja atau sore hari. Biasanya tanpa alasan jelas; sekadar menghabiskan waktu atau beristirahat atau sekadar berhening. Kesunyian dan keheningan kadang menjadi kebutuhan setelah seharian beraktivitas. Di dalam keheningan itu, saya merasakan hadirnya Bunda Teresa di ruang itu. Aman dan nyaman.
Namun keberadaan itu adalah istimewa. Makam itu bukan hanya mendatang aura spiritualitas Bunda Teresa, tetapi juga menjadi oasis bagi setiap orang yang mencari kesunyian dan keheningan. Ketiadaan “oasis” rutintas dan aktivitas itulah yang seringkali dilupakan sebagai suatu kebutuhan. 

Tidak ada komentar: