Rabu, Juni 23, 2010

DALIL-DALIL BAGI PENDETA

PERCIKAN HIKMAT PDT.EM. BEN MALEKAHI

DALIL 11
Khotbah harus jelas, terancang dan teratur.
(The sermon must be organized)
Alur (atau flow-nya) enak diikuti, mudah ditelusuri
Mudah ditangkap, mudah diingat dan mudah dikembangkan
Karena mudah dikembangkan akan dipercakapkan selanjutnya.
Yang hadir untuk mendengarkan khotbah berjumlah banyak.
Mereka datang dari berbagai latar belakang.
Kecakapan menangkap isi khotbah juga berbeda-beda.
Jadi, saluran komunikasinya harus baik.
Usahakan tidak banyak hambatan.
Hindarkan kejadian ini:
di mimbar pengkhotbah masih harus mencari-cari kata yang tepat.
Jemaat tidak sabar menunggu kalimat-kalimat apa yang akan diutarakan.

Usahakan begini:
di mimbar Pengkhotbah menuangkan isi hatinya
seperti menuangkan air dari botol atau poci ke gelas,
bukan menciduk air sesendok demi sesendok dari panci ke gelas.
Dengan kata lain, alur penyampaian enak diikuti.

Ada dua macam gaya yang dianut orang untuk menyampaikan khotbah, yaitu
1. Gaya kreatif.
Tidak beraturan.
Seperti air sungai mengalir ke mana jadinya,
asal dari atas ke bawah.
Memang lancar, bahkan isinya sangat banyak.
Malah bisa banjir juga, artinya, terlampau banyak yang disampaikan.
Orang yang mendengarkan gaya khotbah kreatif ini
akan mengalami kesukaran untuk menarik benang emasnya.
Seandainya ditanyakan kembali apa yang tadi telah diterima.
Jawabannya juga akan ke sana kemari, tidak beraturan.
Selain begitu, banyak juga yang terlupakan.

2. Gaya sistematis
Teratur. Ada strukturnya. Ada pembagian yang jelas.
Ada awal, pertengahan, dan akhir.
Mungkin bahan yang disampaikan tidak banyak,
tetapi diterima oleh pendengar dengan lancar, langsung ,
tidak berbelit-belit, tidak juga berputar-putar.
Seolah-olah pendengar dibimbing, diajak,
ditunjukkan jalan untuk mencapai sasaran.

Kalau ditawarkan, Anda mau memilih yang mana?
Boleh juga berganti-ganti.
Tetapi, ditinjau dari sudut pendidikan, yang sistematis akan lebih menolong.
Dengan gaya teratur tidak berarti boleh menjadi kaku.
Tentu saja harus dihindari semua bentuk hambatan,
juga hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti membosankan, dsb.
Humor dapat dipakai, tetapi hanya sampai batas tertentu.
Selingan yang proporsional dibutuhkan untuk menambah kesegaran,
tetapi tidak melampaui batas.

Supaya Jemaat diajak untuk berinteraksi dengan Alkitab, maka ada tiga bagian
yang perlu disampaikan:

Oberservasi: Menangkap data dan fakta
Pada bagian ini Jemaat diajak untuk mengamati
pembacaan Alkitab yang baru saja dilakukan.
Ada data dan fakta apa saja yang penting untuk diingat.
Penghayatan terjadi, kalau pengumpulan data dan
fakta yang tertera diperhatikan dengan seksama.
Penulis mengemukakan data dan fakta tentu ada maksudnya.

Interpretasi: Menangkap makna
Menangkap data tidak sama dengan menangkap makna.
Menangkap makna mempertanyakan:
Mengapa penulis menulis tulisan itu.
Apa maksudnya bagi pendengar atau pembaca saat itu.
Dalam khotbah Jemaat dituntun untuk sampai pada kesimpulan yang benar.
Jangan langsung saja diberi tahukan: “Ini lho maksudnya ....
Kesimpulannya begini ....
Kalau begitu Jemaat akan menjadi malas membaca Alkitab sendiri,
karena tidak dilatih untuk menggali.
(Tentu waktunya singkat, sebab itu tidak terlampau panjang, bukan Pemahaman Alkitab)

Aplikasi: Memaknakan kembali.
Di sini Jemaat diajak untuk menerapkan berita Alkitab dalam hidup sehari-hari.
Berilah contoh. Berilah kesaksian, dsb.
Bahkan boleh juga tugas menggali lebih jauh yang dilakukan sendiri
(semacam PR bagi murid)

Kalau ketiga unsur itu dikemukakan dengan baik,
maka Jemaat akan dimampukan membaca Alkitab sehari-hari dengan baik dan benar.
Bukan hanya bergantung pada bahan-bahan renungan yang sudah siap pakai.
Mereka dilatih untuk menggali sendiri dan
lama kelamaan akan mampu membaca Alkitab secara mandiri.

Apakah komentar Anda?

Tidak ada komentar: